Kamis, 23 September 2010

ALAT PENANGKAP IKAN JENIS RAWAI (LONG-LINE) TUNA LONG-LINE

ALAT PENANGKAP IKAN JENIS RAWAI (LONG-LINE)
TUNA LONG-LINE


  1. PENDAHULUAN
Rawai (Long-Line) merupakan rangkaian dari unit-unit pancing yang sangat panjang ( mencapai ribuan, bahkan puluhan ribu meter). Terdiri dari tali utama (main line), tali temali cabang (branch lines) yang diikatkan secara menggantung pada tali utama dengan interval jarak-jarak tertentu, dan maa-mata pancing (hooks) dengan ukuran (nomor) tertentu yang diikatkan pada setiap ujung bawah tali-tali cabang (setiap cabang terdiri dari satu mata pancing). Biasanya alat penangkap ikan ini kebanyakan digunakan untuk menangkap jenis ikan tuna.
Pancing merupkan alat penangkap ikan yang mempunyai prinsip penangkapan ikan dengan memancing ikan sasaran tangkap sehingga tertangkap dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali yang menggunakan atau tanpa umpan. Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.


  1. RAWAI (LONG-LINE)
Rawai terdiri dari rawai permukaan / pertengahan / dalam perariran (rawai tuna / tuna long line dan rawai cucu / long line) dan rawai dasar perairan (bottom long line). Pada waktu pengoperasian, rawai-rawai ini menggunakan umpan. Ada yang menggunakan umpan hidup (biasanya bandeng) dan ada pula yang menggunakan umpan mati (laying, kembung, belanak, lemuru, tembang, ikan terbang dan atau cumi-cuni). Rawai cucut dioperasikan dipermukaan samudera, sedangkan rawai tuna selain dipermukaan, juga didalam atau dipertengahan samudra. Adapun rawai dasar dioperasikan di dasar laut (pada umumnya di laut dangkal dengan kedalaman ≤200 meter).


Untuk mengetahui karakteristik dari tuna long-line :

  1. Tuna Long-Line
Yaitu long line yang hanyut yang biasanya menangkap ikan pelagis, biasa juga disebut rawai tuna.
Rawai tuna atau Tuna Long-Line yang standar dalam 1 bsaket terdiri dari 6 mata pancing, dengan jarak antar tali cabang 50 meter dan tergantung di sepanjang 350 meter tali utama.


Gbr. Posisi Alat Tangkap Tuna Long Line dalam satu Basket dalam Air
Nelayan Indonesia pada umumnya mengoperasikan rawai tuna sebanyak 100 basket atau 100 unit, sedangkan nelayan jepang bisa mencapai 400 - 500 basket dalam setiap trip – nya. Jumlah ABK dalam setiap Tuna Long-Liner sebanyak 6 – 8 orang. Kapal rawai tuna ini di lengkapi dengan alat penarik tali (line hauler).
Karena daerah penangkapan ikan tuna pada umumnya jauh dari pantai, maka dibutuhkan kecepatan kapal yang tinggi untuk mencapainya.
Secara perinsip rawai tuna sama seperti rawai-rawai lainnya,namun mengingat faktor biologi ikan sasaran, tekhnik pengoperasian alat, komponent alat bantu, kapal yang tersedia, maka dilakukan berbagai penyesuaian.bahan tali pancing terbuat dari bahan monofilament (PA) atau multifilamant (PES seperti terylene, Pva seperti kuralon atau PA seperti nylon). Perbedaan pemakaian bahan ini akan mepengaruhi line hauler yang diperlukan. Beberapa perbedan dari kedua jenis bahan tersebut dipandang dari segi teknis adalah sebagai berikut:
1. Bahan multifilament lebih berat dan mahal dibandingkan dengan monofilament, lebih mudah dirakit, dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil.
2. Bahan multifilamant lebih mudah ditangani dan lebih tahan lama. Karena itu, dalam jangka panjang rawai multifilament harganya relatif lebih rendah.
3. Karena lebih kecil, halus, dan transparan maka pemakaian monfilament dinilai akan memberi hasil tangkapan lebih baik dari multifilament.
1.1 Daerah Pengoperasian
Dilihat dari segi kedalaman operasi (fishing depth) rawai tuna dibagi dua yaitu bersifat dangkal dan yang bersifat dalam yang pancingnya berada pada kedalaman 100 - 300m. Perbedaan kedua jenis ini disebabkan pada tipe dangkal satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing sedangkan pada tipe dalam diberi 11-13 pancing sehingga lengkungan tali utama, menjadi lebih dalam.
Dalam beberapa sifat dari kedua tipe ini adalah :

  1. Rawai tipe dalam memerlukan line hauler yang lebih kuat dibanding tipe dekat permukan.

  2. Rawai tipe dalam menangkap jenis big eye yang lebih banyak ( sehingga nilai produksinya lebih baik ) dibanding tipe permukaan. Tuna yang tertangkap dengan rawai dangkal didominasi oleh yellowfin tuna yang harganya lebih rendah dibandingkan dengan big eye. Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis serong atau tegak lurus pada arus. Waktu melepas pancing biasanya dini hari tergantung jumlah basket yang akan dipasang karena diharapkan setting selesai pada pagi hari jam 07.00 saat ikan giat cari mangsa. Akan tetapi pengoperasian siang hari pun bisa dilakukan. Namun akibatnya penarikan pancing ( hauling ) jatuh pada waktu sore hari.

    1. Jenis-jenis Umpan Tuna Long-Line
Umpan long-line harus bersifat atraktif. Misalnya sisik ikan mengkilat, tahan di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decopterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan bandeng (Chanos chanos).




Umpan yang digunakan ada 2 macam yaitu:
1.2.1 Umpan Asli
Umpan yang umum dipakai adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk, dan rangka tulangnya kuat sehingga tidak mudah lepas dari pancing bila tidak di sambar ikan. Beberapa jenis diantaranya adalah bandeng, saury, tawes, kembung, layang, dan cumi-cumi. Panjang umpan berkisar antara 15-20 cm, dengan berat 80-150 gram. Cumi-cumi kecil masih dapat dipakai asalkan digabung (dijahit) beberapa ekor sehingga menjadi cukup besar. Umpan ini harus berasal dari ikan-ikan yang benar-benar segar dan dilakukan dengan baik agar tahan dalam waktu yang lama.
1.2.2 Umpan Buatan
Umpan buatan dapat terbuat dari kayu, plastik yang menyerupai ikan, udang, dll. Alat ini tidak banyak mengalami kemajuan karena hanya melekatkan umpan pada mata pancing, lalu pancing diberi tali. Dalam teknisnya benang yang dipakai berwarna sehingga tidak tampak dalam air, umpan diberi bau – bauan sehingga dapat memberikan rangsangan untuk dimakan, bentuknya diolah sedemikian rupa, sehingga menyerupai ikan yang umumnya disenangi oleh ikan.





    1. Bagian – Bagian dari Tuna Long-Line
Seperti alat penangkap lainnya , satu unit long line terdiri dari kapal yang dirancang khusus, alat penangkap dan crew. Kapal-kapal tuna long line modern bagian belakang dari kapal ini telah dirancang dengan baik untuk mudah operasi dan pengaturan alat penangkap.
Tuna long line sendiri pada umumnya terdiri dari : pelampung, bendera, tali pelampung, main line, branch line, pancing wire leader, dan lain-lain. Antara pelampung dengan pelampung dihubungkan dengan tali pelampung dan tali utama dimana sepanjan tali utama terpasang beberapa tali cabang. Satu rangkaian alat inilah yang disebut dengan satu basket long line. Jumlah mata pancing pada setiap basket bervariasi. Untuk lebih detail pengetahuan tentang alat ini kita lihat bagian demi bagian.

      1. Pelampung (float)
Pelampung yang digunakan pada long line terdiri dari beberapa jenis yaitu pelampung bola, pelampung bendera, pelampung radio, dan pelampung lampu. Warna pelampung harus berbeda atau kontras dengan warna air laut. Hal ini dimakasudkan untuk mempermudah mengenalnya dari jarak jauh setelah setting.
1.3.1.1 Pelampung Bola
Pelampung bola biasanya terpasang pada ujung basket dari alat tangkap. Pelampung bola ini terbuat dari bahan sintetic dengan dimeter 35 cm dan ada yang lebih besar. Untuk long line dengan jumlah basket 70 maka jumlah pelampung bola yang digunakan adalah 68 buah, pada ujungnya terdapat pipa setinggi 25 cm dan stiker scotlight yang sengat berguna bila alat penangakap tersebut terputus maka mudah menemukannya. Untuk melindungi pelampung-pelampung tersebut dari benturan yang dapat menyebabkan pecahnya pelampung tersebut, maka pelampung tersebut dibalut dengan anyaman tali polyehylene dengan diameter 5mm.

1.3.1.2 Pelampung Bendera
Pelampung bendera merupakan pelampung yang pertamakali diturunkan pada waktu setting dilakukan. Biasanya diberi tiang (dari bambu atau bahan lain) yang panjangnya bervariasi sekitar 7 m dan diberi pelampung. Supaya tiang ini berdiri tegak maka diberi pemberat.
1.3.1.3 Pelampung Lampu
Pelampung ini biasanya menggunakan balon 5 watt yang sumber listriknya berasal dari baterai yang terletak pada bagian ujung atas pipa atau bagian bawah ruang yang kedap air. Pelampung ini dipasang pada setiap 15 basket yang diperkirakan hauling pada malam hari. Fungsinya adalah untuk penerangan pada malam hari dan memudahkan pencarian basket bila putus.
1.3.1.4 Pelampung Radio Bouy
Sebuah radio bouy dilengkapi dengan transmiter yang mempunyai frekuensi tertentu. Daerah tranmisinya bisa mencapai 30 mil. Jjika dalam pengoperasian long line menggunakan radio bouy,maka kapal harus dilengkapi dengan radio direction finder(RDF). Peralatan ini berfungsi untuk menunjukan arah lokasi radio bouy dengna tepat pada waktu basket putus.

      1. Tali Pelampung
Tali pelampung berfungsi untuk mengatur kedalaman dari alat penangkap sesuai dengan yang dikehendaki. Tali pelampung ini biasanya terbuat dari bahan kuralon.

      1. Tali Utama (main line)
Tali utama atau main line adalah bagian dari potongan-potongan tali yang dihubungkan antara satu dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian tali yang sangat panjang. Tali utama harus cukup kuat karena menanggung beban dari tali cabang dan tarikan ikan yang terkait pada mata pancing. Pada kedua ujung pada main line dibuat simpul mata.Main line basanya terbuat dari bahan kuralon yang diameternya 0,25 inci atau lebih. Panjang main line tergantung dari panjang dan jumlah branch line, karena setiap penemuan kedua ujung main line merupakan tempat pemasangan branch line.

      1. Tali cabang (branch line)
Bahan dari tali cabang biasanya sama dengan tali utama, perbadaanya hanya pada ukuran saja, dimana ukuran tali cabang lebih kecil dari tali utama. Satu set tali cabang ini terdiri dari tali pangkal, tali cabang utama, wire leader yang berfungsi agar dapat menahan gesekan pada saat ikan terkait pada pancing, dan pancing yang terbuat dari bahan baja, biasnaya menggunakan pancing no.7
Umpan merupakan bagian yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penangkapan ikan dengan tuna long line. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi umpan pada alat penangkap ini antara lain adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat dengan warna yang menarik sehingga dengan mudah dapat dilihat pada jarak yang jauh, kemudian tidak cepat busuk, rangka tulang kuat sehingga tidak mudah lepas dari pancing bila tidak disambar ikan, mempunyai bau yang cukup tajam dan merangsang serta disukai oleh ikan yang dipancing, tersedia dalam jumlah yang besar, dan murah harganya. Ikan bandeng, ikan kembung, ikan layang dan cumi-cumi merupakan jenis umpan yang banyak digunakan.

      1. Perlengkapan Lainnya
Perlengkapan lainnya yang dimaksud adalah alat-alat yang dipergunakan untuk mempermudah dan mememperlancar kegiatan operasi penangkapan di kapal antara lain adalah radar, RDF, line hauler, marline spike, catut potong, ganco, sikat baja, jarum pembunuh, pisau, dan lain-lain.


Gbr. Perlengkapan pancing long-line

    1. Teknik Pengoperasian
Setelah semua persiapan telah dilakukan dan telah tiba di fishing ground yang telah ditentukan . Setting diawali dengan penurunan pelampung bendera dan penebaran tali utama, selanjutnya dengan penebaran pancing yang telah dipasangi umpan. Rata-rata waktu yang dipergunakan untuk melepas pancing 0,6 menit/ pancing. Pelepasan pancing dilakukan menurut garis yang menyerong atau tegak lurus terhadap arus. Waktu melepas pancing biasanya waktu tengah malam, sehingga pancing telah terpasang waktu pagi saat ikan sedang giat mencari mangsa. Akan tetapi, pengoperasian pada siang hari dapat pula dilakukan.
Penarikan alat penangkap dilakukan setelah berada didalam air selama 3-6 jam. Penarikan dilakukan dengan menggunakan line hauler yang diatur kecepatannya. Masing-masing anak buah kapal telah mengetahui tugasnya sehingga alat penangkap dapat diatur dengan rapi. Lamanya penarikan alat penangkap sangat ditentukan oleh banyakny hasil tangkapan dan faktor cuaca. Penarikan biasanya memakan waktu 3 menit / pancing. Perusahaan perikanan samudra bedar di bali melakukan hauling sekitar 9-11 jam. Selanjutnya dilakukan penanganan hasil tangkapan dan persiapan operasi selanjutnya.



  1. TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TUNA (TUNA LONG-LINE)
Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Ada lima macam alat penangkap tuna, yaitu rawai tuna, huhate, handline. pukat cincin, dan jaring insang.

  1. Rawai tuna (Tuna long-line)
Rawai tuna atau tuna longline adalah alat penangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu tuna longliner biasanya mengoperasikan 1.000 - 2.000 mata pancing untuk sekali turun.
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan. sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.
Umpan longline harus bersifat atraktif. misalnya sisik ikan mengkilat, tahan di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decopterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan bandeng (Chanos chanos).

  1. Huhate (Pole and Line)
Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Tak heran jika alat ini sering disebut "pancing cakalang". Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif. Kapal akan mengejar gerombolan ikan. Setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal, lalu diadakan pemancingan.
Terdapat beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air.

Gbr. Bentuk mata pancing huhate
Pemancingan dilakukan serempak oleh seluruh pemancing. Pemancing duduk di sekeliling kapal dengan pembagian kelompok berdasarkan keterampilan memancing.
Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan mengangkat mata pancing berikan sebesar 50-60 ekor per menit. Pemancing I diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap.
Pemancing II diberi posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal. Sedangkan pemancing III berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.
Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus spp.).

Gbr. Teknik pemancingan huhate


  1. Pancing Ulur (Handline)
Handline atau pancing ulur dioperasikan pada siang hari. Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon sebagai alat pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal, masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing. Umpan yang digunakan adalah ikan segar yang dipotong-potong. Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.).
Gbr. Alat pancing ulur

Gbr.Teknik handline




STUDY PERFORMANCE KAPAL AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI PADA KAPAL MT. NSL IV




STUDY PERFORMANCE KAPAL AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI PADA KAPAL MT. NSL IV

PROPOSAL USULAN TUGAS AKHIR




  1. M ABDURROHMAN RAUP


  2. L2G 309 001


PROGARAM STUDI S 1 TEKNIK PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPPONEGORO
SEMARANG
2010


  1. HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR





STUDY PERFORMANCE KAPAL AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI PADA KAPAL MT. NSL IV
Telah disetujui untuk diangkat menjadi tugas akhir
Pada sidang ujian proposal
Semarang, - - 2010
Oleh Tim Penilai
Ketua Tim

______________________
NIP :
Anggota
1 ……………………. NIP : ……………………… ……………………
2 ……………………. NIP : ……………………… .…………………...
3 ……………………. NIP : ……………………… ……………………
4 ……………………. NIP : ……………………… ……………………

  1. HALAMAN PENILAIAN

CALON DOSEN PEMBIMBING







STUDY PERFORMANCE KAPAL AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI PADA KAPAL MT. NSL IV


Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada ujian proposal

Oleh
Calon dosen pembimbing


_________________________
NIP :












BAB I
PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang
Dalam operasinya di laut, suatu kapal harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kecepatan dinas (Vs) seperti yang direncanakan. Hal ini mempunyai arti bahwa, kapal haruslah mempunyai rancangan sistem propulsi (penggerak) yang dapat mengatasi keseluruhan gaya – gaya hambat (total resistance) yang terjadi agar memenuhi standar kecepatan dinasnya.
Seacar umun, sistem propulsi kapal terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, antara lain:
- Motor Penggerak Utama (main engine)
- Sistem Transmisi ; dan
- Alat Gerak (propulsor)
Konfigurasi dari ketiga komponen utama sistem propulsi ini sangat dipengaruhi oleh rancangan fungsi kapal itu sendiri, serta bagaimana misi yang harus dijalankan dalam operasionalnya di laut. Dalam hal ini kapal MT. NSL IV yang melaksanakan perubahan atau penggantian sistem utama propulsi di PT. JMI unit II. Dengan adanya penggantian sistem propulsi yaitu penggantian Motor Penggerak Utama (main engine), Sistem Transmisi (gear box) dan Alat gerak (propulsor) yang ditingkatkan kapasitasnya dari spesifikasi yang lama. Kondisi tersebut memungkinkan akan mempengaruhi kinerja dari kapal itu sendiri. Dengan demikian perlu adanya kajian terhadap permasalahan diatas. Melalui penelitian ini diharapkan permasalahan diatas dapat diketahui solusi yang terbaik.


1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan utama yang ingin dijawab melalui pernelitian ini adalah sejauh mana kinerja kapal tanker NSL IV dengan adanya penggantian system utama propulsi (penggerak) dari lama menjadi baru yang spesifikasinya lebih besar dari yang lama. Penggantian sistem utama propulsi ini meliputi main engine, propeller dan gear box.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat akan luasnya permasalahan, maka perlu adanya pembatasan masalah guna memudahkan dalam pemahaman dan pembahasan yang lebih terarah. Adapun pembatasan masalah tersebut meliputi :

  1. Data diambil dari satu kapal yang representatif.

  2. Bentuk badan kapal tetap.

  3. Perhitungan kinerja sistem propulsi lama dan setelah diganti dengan yang baru.

  4. Penelitian dilakukan terhadap satu kapal yaitu MT. NSL IV
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Untuk mengetahui kinerja sistem utama propulsi setelah di ganti dengan yang baru pada kapal tanker MT. NSL IV.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penilitian ini, antara lain :

  1. Menjadi referensi untuk owner dalam mengetahui kinerja maximum sistem utama propulsi yang baru.

  2. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan yang sama.
1.5 Sistematika Penulisan
Dari hasil pengolahan data penulis sajikan dalam bentuk sistematika penulisan dengan harapan pembaca mudah untuk memahami laporan tugas akhir ini. Adapun sistematika penulisannya dengan urutan sebagai berikut :



BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini di kemukakan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan pustaka dan teori perhitungan kinerja mengenai penggantian sistem utama propulsi dari lama menjadi baru.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    1. Metodologi
Dalam penyusunan Study performance kapal akibat pergantian sistim propulsi pada kapal (studi kasus kapal MT. NSL IV) ini digunakan tahapan-tahapan metode dalam melakukan penelitian, tahapan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :


      1. Studi Literatur
Mempelajari permasalahan beserta solusinya yang akan dikemukakan dalam tugas akhir ini dari berbagai referensi baik berupa buku, jurnal-jurnal, dan lain-lain.

      1. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan secara langsung dan wawancara

      1. Analisa Perhitungan
Perhitungan dilakukan dalam rangka pengolahan data-data yang didapat dilapangan.





1.6 Jadwal Pelaksanaan
No
KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN TAHUN 2010
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER


1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Studi Lapangan
















2
Studi Literatur
















3
Analisa Perhitungan
















4
Penyusunan Laporan






































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahanan Kapal (Resistance)
Kapal yang bergerak dalam media air dengan kecepatan tertentu, akan megalami gaya hambat (tahanan atau resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal tersebut. Besarnya tahanan kapal sangat dipengaruhi oleh kecepatan gerak kapal (Vs), berat air yang dipindahkan oleh badan kapal yang tercelup dalam air (displacement weight, ), dan bentuk badan kapal (hull form). Kecepatan kapal sangat dipengaruhi oleh sistem penggerak kapal (propulsion system), sedangkan displacement dan hull form ditentukan oleh ukuran utama kapal (main dimensions), perbandingan antara ukuran (ratio), dan koefisien bentuk kapal (hull form coeficient).
Tahanan kapal dapat diperdiksi besarnya dengan beberapa cara, yaitu melalui perhitungan secara analitis (teoritis), pengujian model fisik di tangki percobaan (ekperimen), atau dengan pensimulasian model kapal di komputer (numerik). Perhitungan secara analitis memberikan bentuk persamaan eksak (matematis), tetapi semua fenomena dapat diformulasikan secara matematis. Ekperimen dapat memberikan hasil yang praktis dan berakurasi tinggi, tetapi memerlukan biaya pembangunan fasilitas ekperimen yang mahal. Sedangkan pensimulasian model kapal di komputer dapat memberikan hasil yang mendekati keadaan sebenarnya dengan waktu dan biaya yang jauh lebih kecil dibandingkan ekperimen, tetapi sulit dalam melakukan validasi (Utama, 2008).
Berikut dijelaskan beberapa metoda pendekatan untuk mendapatkan tahanan kapal melalui perhitungan analitis.

  1. Secara manual dan sederhana, tahanan total kapal, RT, dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan semua komponen-komponen tahanan yang bekerja pada kapal, yang meliputi tahanan gesek (friction resistance, RF), tahanan gelombang (wave resistance, RW), tahanan udara (air resitance, RA), dan lain-lain (Adji, 2005). Umumnya diformulasikan dengan persamaan
RT = 0,5 x ρ x CT x S x V2s (2.1)
Dimana ρ adalah massa jenis fluida
Vs adalah kecepatan kapal
CT adalah koefisien tahanan total kapal
S adalah luasan permukaan basah dari badan kapal
Jika ρ, CT, dan S dalam persamaan 2.1 adalah constan (α), maka tahanan total kapal merupakan fungsi dari kuadrat kecepatan kapal, dan dapat dituliskan sebagai berikut : RT = α x V2s = ƒ (V2s) (2.2)
Tahanan yang berkerja pada kapal dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.2.








Gambar 2.2 komponen-komponen tahanan yang berkerja akibat gerakan kapal (www.manbw.com)
2.3 Beberapa metode alternatife perhitungan tahanan dengan metoda Holtrop (Holtrop, mennen, 1982 dan Holtrop, 1984)
a. Perhitungan Tahanan Gesek (Frictional Resistance = RF)
Berdasarkan ITTC ( International Towing Tank Conferrence) 1957
RF = 0.5 x ρ x V²S x CF x S ; dengan CF adalah Frictional Resistance coefficient.


CF = ; Dengan adalah Reynolds Number


=
b. Perhitungan Tahanan Anggota Badan Kapal (Appendages Resistance = RAPP)
RAPP = 0.5 x ρ x V²S x SAPP x (1 + k2)eq x CF
Dengan SAPP adalah wetted area of thr appendages (given)
(1 + k2)eq adalah appendage resistance factor
c. Perhitungan Tahanan Gelombang ( WaveMaking Resistance = RW )

Fn =
d. Perhitungan Tahanan Tekanan Tambahan Akibat Buritan Transom yang Tercelup (Additional Pressure Resistance of Immersed Transom Stern = RTR)
RTR = 0.5 x ρ x V²S x AT x C6

  1. Perhitungan Tahanan Akibat Kekasaran Badan Kapal dan Tahanan Udara (Model-Ship Correlation Resistance = RA)
RA = 0.5 x ρ x V²S x S x CA

  1. Perhitungan Tahanan Keseluruhan (Total Resistance = RT)
RT = [RF x (1 + k1)] + RAPP + RW + RB + RTR + RA
2.4 Mesin Kapal
Mesin Kapal dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu mesin Utama (Main Engine) dan Mesin Bantu (Auxiliary Engine). (Anonim,1978).
Mesin utama (dari marine engine) tersebut digunakan sebagai tenaga penggerak kapal, Jenis terdiri dari :

  1. Mesin Uap (turbin di lengkapi Ketel Uap).

  2. Mesin Diesel.

  3. Turbin Gas.

  4. Mesin Bertenaga Nuklir.
Karena fungsinya sebagai tenaga penggerak kapal, maka mesin utama dapat digunakan, baik untuk gerak maju, mundur maupun olah gerak (maneuver) lainnya seperti belok (kiri atau kanan), balik (kiri atau kanan atau terus kearah belakang) dan putar (kiri atau kanan terus melingkar).

2.5 Propulsi Kapal
Sedangkan dalam pengoperasian di laut, suatu kapal harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kecepatan service (VS) seperti yang direncanakan. Hal ini mempunyai arti bahwa, kapal haruslah mempunyai rancangan system penggerak yang dapat mengatasi keseluruhan tahanan yang terjadi agar memenuhi kecepatan service-nya.
Secara umum system penggerak kapal terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu motor penggerak utama, system transmisi, serta alat gerak. Ketiga komponen utama ini merupakan suatu kesatuan yang di dalam proses perencanaannya tidak dapat ditinjau secara terpisah. Kesalahan di dalam perancangan, akan membawa konsekuensi sebagai berikut :

  1. Tidak tercapainya kecepatan service kapal yang direncanakan.

  2. Fuel oil consumtion dari kapal tersebut.

  3. Turunnya nilai ekonomis dari kapal tersebut.

  4. Tingginya tingkatan vibrasi yang terjadi pada badan kapal, dan sebagainya.
Konfigurasi dari ketiga komponen utama system penggerak ini sangat dipengaruhi oleh rancangan fungsi kapal itu sendiri, serta bagaiman misi yang harus dijalankan dalam operasionalnya di laut.












BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi
Dalam penyusunan Study Performance Kapal Akibat Pergantian Sistim Propulsi Pada Kapal (MT. NSL IV) ini digunakan tahapan-tahapan metode dalam melakukan penelitian, tahapan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :

      1. Studi Literatur
Mempelajari permasalahan beserta solusinya yang akan dikemukakan dalam tugas akhir ini dari berbagai referensi baik berupa buku, jurnal-jurnal, dan lain-lain.

      1. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan secara langsung dan wawancara

      1. Analisa Perhitungan
Perhitungan dilakukan dalam rangka pengolahan data-data yang didapat dilapangan diantaranya :

  1. Perhitungan-perhitungan tahanan kapal.

  2. Perhitungan gaya dorong.

  3. Perhitungan engine matching propeller
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini terangkum secara sisitematis dalam diagram alir dibawah ini:








1.Identifikasi masalah
2.Survey dan Studi Literatur
3.Inventarisasi Data
Mulai





Perhitungan Tahanan Total


Perhitungan Daya Dorong


Perhitungan Engine Matching Propeller




Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Metoda Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Adji, Surjo W. (2004), Kapal Ikan Kajian Karakteristik Tahanan dan Sistem Propulsi, Modul Pengajaran, Jurusan teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS, Surabaya.
Adji, Surjo W. (2006), Pengenalan Sistem Propulsi Kapal, Diktat Kuliah Sistem Propulsi Kapal, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS, Surabaya.
Manik, Parlindungan (2008), Buku Ajar Propulsi Kapal, Jurusan Teknik Perkapalan Universitas Dipomegoro, Semarang.
www.manbw.com, Basic Principles of Ship Propulsion, P254-04-04.pdf.